Trone
“Sedang apa kau sekarang, Shine?”
Aku mengingat tentangnya, seorang gadis yang aku selamatkan dari eksekusi. Dia penjahat dan aku menyelamatkannya dari kematian yang ditugaskan padaku. Saat itu aku tak bisa membunuhnya, tentu saja tak bisa karena dia cinta pertama yang ku rasakan. Gadis manis yang mencuri hatiku, yang membuatku melakukan hal gila itu.
Meski aku berakhir di tiang gantungan seperti ini, tapi aku tak menyesal. Ya, tak menyesal.
Entah kenapa, saat ini hanya wajahnya yang terukir di ingatan ku. Saat aku membiarkannya lari, dia bicara pada ku dari jauh.
“Siapa nama mu?”
“Aku Trone.”
“Terima kasih! Aku akan mengingatnya.”
Aku senang, meskipun aku harus mati.
Aku melihat semua orang yang datang dihari penghakimanku, mereka memandangku sebagai penghianat. Aku hanya bisa tersenyum karena tak mungkin aku membela diri, itu memang kenyataan. Aku petugas istana membiarkan tahanan kabur dari penjara.
Tapi kemudian aku terperangah, melihat seseorang di sana berdiri melihatku dengan pandangan penyesalan.
“Dia...!”
Dia di sana, gadis yang ada dalam daftar buronan itu menyaksikan penghakimanku dengan wajah penyesalan. Gadis yang aku selamatkan, gadis yang menjadi cinta pertamaku.
Aku tersenyum, karena bahkan saat kematian, aku masih bisa melihat orang yang kucinta.
Tak lama, petugas yang menghukumku mulai menarik tuas yang ada di dekatnya. Sesaat kemudian lantai kayu di bawah kakiku pun terbuka.
Sudah dapat di pastikan setelah ini.
Aku akan menggantung pada tali yang terikat di leherku ini.
Palembang, 4 agustus 2014.