Name


Hei, apakah kau percaya hantu?

Kau tahu, di sekitar kita ada makhluk gaib yang selalu menjadi hal yang menakutkan untuk kita para manusia. Beberapa orang bisa merasakan kehadiran mereka, dan mungkin saja kau pun pernah merasakannya. Atau bisa saja, makhluk gaib itu sudah ada di sekitarmu dan sedang mengawasimu saat ini.
Hal yang menakutkan dari mereka adalah kita tak bisa melihat keberadaan mereka dan bahkan mereka bisa saja dapat hadir dimana pun kita berada.

Apakah kau pernah mendengar namamu dipanggil seseorang?
Jika itu manusia  kau pasti pernah, tapi bagaimana jika yang memanggilmu adalah makhluk gaib.

 
ara story


Coba kau bayangkan!
Saat kau sendirian di kamarmu, suasana sepi dengan lampu yang sudah kau matikan karena memang sudah larut dan sudah waktunya untuk tidur. Sebelum kau memejamkan matamu, kau mendengar seseorang memanggil namamu hingga membuatmu  merinding. Kau cukup yakin bahwa hanya kau sendirian di kamar dan kau pun tak mengenali suara itu.

Suara itu memanggil namamu lagi dengan nada halus namun serak, hingga kau merasakan aura dingin diseluruh tubuh dan kakimu. suara itu masih memanggilmu dan perlahan suara itu makin jelas, makin dekat, mendekat perlahan menuju dirimu yang sedang ketakutan. Suara itu memanggil namamu dan terus mendekat sampai kau merasakan hembusan udara di telingamu, kau menoleh namun  kau tak tahu dari mana datangnya suara dan udara itu.

Saat kau berada dikeramain lalu kau mendengar seseorang memanggil namamu. Kau menoleh ke sumber suara, namun tak melihat orang yang memanggilmu, dan bahkan mungkin kau sudah lupa, apakah yang memanggilmu itu wanita atau mungkin pria.

Maka berhati-hati lah!
Mungkin saja yang memanggilmu itu adalah makhluk gaib yang berada di sampingmu saat ini.

Jika makhluk gaib itu memanggil namamu,lalu apa yang harus kau lakukan?

Jika kau menoleh dan mencari sumber suara itu, maka berhati-hati lah!
Makhluk itu telah menganggap bahwa kau peduli terhadap panggilannya, dan dia akan mengikuti serta menghantuimu setiap hari bahkan di dalam mimpi. Mengganggumu dan suaranya akan terus terdengar di telinga hingga membuatmu stres dan frustasi.

Jika kau menjawab panggilan itu, maka berhati-hatilah!
Dalam sekejap, makhluk itu akan muncul dihadapanmu, menunjukkan senyum dinginnya dengan tatapan mengancam. Kau tak akan bisa lari, semua tubuhmu kaku dan tak bisa bergerak. Tinggal menunggu waktu sampai tangan hitam makhluk itu menarikmu kedalam kegelapan, dan membuat jiwamu menjadi miliknya.
Pilihan terbaik mungkin saja diam dan tak memperdulikan suara itu, namun itu tak kan selamanya membuat suara itu menghilang. Di suatu saat kau sendiri, makhluk itu pasti akan memanggilmu lagi dan akan membawa jiwa mu pergi bersamanya.

Berhati-hatilah!
Makhluk gaib selalu mengawasimu. Dia akan selalu berada di sampingmu, di depanmu, di belakangmu, di sekitarmu dan tempat yang tak pernah kau bayangkan.

Saat ini mungkin saja makhluk itu sedang menatapmu dengan matanya yang merah itu lalu tersenyum padamu.

 “Hei, bisa berhenti membaca buku itu dan segera mulai saja uji nyali ini,” ucapku pada Wirya yang sedang asyik membaca buku yang dia bawa.

“Septa..septa! buku ini bisa menambah kesan horor sebelum kita mulai uji nyali di rumah kosong ini.”

“Horor dari mananya? Buku dengan cerita aneh gitu. Lagian gak ada yang namanya makhluk halus di dunia ini.”

“Kau tak percaya, itu karena kau belum pernah bertemu atau melihat mereka.”

“Memangnya kau sudah pernah, hah?”

“Belum sih, karena itulah kita di sini untuk melihat makhluk halus itu.”

Ya, aku memang tidak pernah melihat makhluk gaib, karena itulah aku tak pernah percaya jika mereka benar-benar ada. Aku bersama temanku Wirya, Fajri, dan Ady sedang melakukan uji nyali di sebuah rumah kosong untuk membuktikan dan melihat ada tidaknya makhluk halus itu. Temanku Wirya sepertinya yang paling bersemangat hingga membawa buku cerita horor lalu membacakan pada kami semua. Tapi cerita itu benar-benar aneh, bagaimana mungkin orang bisa stres atau bahkan mati hanya karena menjawab seseorang yang memanggil namanya. Serta darimana dia memiliki buku seperti itu, aku tahu Wirya dia tak mungkin memakai uangnya untuk membeli buku seperti itu.

Waktu sudah menunjukan jam 12 malam. Kami yang tadi menunggu di halaman rumah kosong mulai masuk secara bersamaan dengan senter yang menjadi penerangan utama kami. Rumah kosong ini tampak seperti rumah kosong biasa yang sudah tak terawat lagi. Rumput yang tumbuh meninggi, jendela yang sudah tak ada dan atap yang jebol. Suasana dalam rumah juga tak begitu berbeda dengan coretan di dinding yang sudah keliatan hancur dan retak. Tumbuhan dan lumut juga tumbuh di beberapa sudut ruangan. Pada dasarnya, ini hanya rumah tua yang ditinggal pemiliknya.

“Hei, ini tidak apa-apa kan jika kita masuk tanpa izin?”

“Tenang saja! rumah ini sudah lama kosong jadi tidak akan apa-apa jika kita masuk.” jawab Wirya.

“kita berempat, jangan khawatir begitu dong,Ady!” Fajri menambahkan ucapan Wirya.

Kami berada di ruang tamu dalam rumah itu, keadaannya berantakan dan kotor dengan beberapa bagian lantai yang retak. Begitu pula di ruang tengahnya, di dua kamar tidur juga tidak berbeda dengan keadaan yang kotor. Susana memang cukup dingin dengan angin yang berhembus pelan pada tubuh kami. Tidak lupa kami juga memasuki dapur dan juga kamar mandi di rumah itu, untuk melihat apakah benar ada makhluk gaib dan beranikah mereka menampakkan dirinya di hadapan kami.

Bau busuk menyambut kami saat kami menuju kamar mandi, mungkin karena sampah yang berserakan di dalam rumah.

Bisa kau bayangkan itu!
Bau tak enak di seluruh dapur dan juga dengan cahaya remang hanya dari senter kami. Ini cukup menyeramkan bila kau sendirian.

Ya, bisa dibilang suasana di rumah ini cukup menyeramkan padahal kami berempat bersama. Jam 01.20, kami keluar dari rumah itu tanpa melihat apa pun. Tidak ada hantu atau makhluk gaib lain yang muncul di hadapan kami.

“Lihat! Tak ada makhluk gaib di rumah ini,” ucapku pada mereka.

“Ya, sepertinya kita beruntung tak ada hantu yang muncul,” sahut Ady pada perkataanku.

“Tentu saja tak ada yang muncul! Hantu atau pun makhluk gaib itu sejak awal memang tak ada di dunia ini,” ucapku padanya.

Apa yang kami lakukan malam ini benar-benar tak berguna dan sangat sia-sia. Bodoh sekali aku mengikuiti saran Wirya untuk ikut uji nyali membuktikan keberadaan hantu di rumah ini. Tak seperti yang digosipkan, rumah ini hanyalah rumah kosong yang tampak seram karena tak terurus bukan karena adanya makhluk halus.

Rumah yang ditinggalkan pemiliknya sejak lama dengan suasana tak terurus sampai banyak rumput dan lumut yang tumbuh.

Apa kau pernah membayangkannya?
Ada makhluk yang tinggal di rumah yang seperti itu.

“Lebih baik kita lakukan lagi besok untuk uji nyali di rumah ini,” saran Wirya pada kami.

“Itu ide yang bagus! Siapa tau besok mereka menampakkan diri,”  ucap Fajri menyetujui saran Wirya.

“Jangan bodoh! Bukankah hari ini sudah membuktikaan bahwa mereka itu tidak ada,” bantahku pada saran mereka.

“Mereka tak kan muncul jika kita hanya sekali kesini, atau...apa mungkin kau sudah takut, septa?” ejek Wirya padaku.

“Aku tak takut atau apa pun... jika mereka benar-benar ada dan muncul di depanku, maka akan aku injak-injak mereka dengan kaki-ku ini.”

“Jangan bicara sembarangan, sep! Bagaimana kalo mereka mendengarmu?” ucap Ady yang terlihat cemas pada perkataanku.

“Biarkan saja! lagi pula mereka atau pun makhluk gaib itu tidak pernah ada,” ucapku padanya.tak lama semua terdiam setelah mendengar perkataanku, lalu aku mulai berbicara kembali.

 “Ini sudah larut lebih baik kita pulang. Jika kalian ingin kembali kesini besok, itu terserah kalian tapi aku tak kan ikut.”

Aku segera pergi meninggalkan mereka yang masih berdiri di depan rumah kosong itu. jarak rumah kosong itu cukup dekat dengan komplek rumahku dan dapat ditempuh dengan berjalan selama 30 menit. Jam menunjukkan pukul 01.33 pagi, aku berjalan di sepanjang trotoar yang tampak lengang tanpa adanya kendaraan yang berlalu lalang. Jalanan cukup gelap karena banyaknya pohon besar yang menutupi beberapa lampu jalan.

Angin malam bertiup mengarah padaku hingga membuat tubuh kedinginan.  Jam 01.38 dan aku sudah dipertengahan jalan sebelum sampai ke rumah. Aku tak perlu khawatir karena di rumah hanya ada aku sendiri dan lagi pula sekarang liburan,  jadi tak masalah jika aku pulang terlalu larut.

Aku terus berjalan hingga aku merasakan ada sesuatu yang mengikutiku. Aku menoleh ke belakang namun tak melihat apa pun, aneh, mungkin saja hanya perasaanku. Aku kembali berjalan, lalu aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“Septa.”

Suara itu terdengar lembut namun sedikit serak namun anehnya aku tak bisa mengetahui apa itu suara wanita atau mungkin suara pria.

“Septa.”

Suara itu memanggilku lagi dengan nada yang lebih lebut seperti orang yang berbisik. Terdengar menyeramkan hingga membuatku merinding. Mungkin hanya perasaanku saja karena aku sudah sedikit mengantuk dan dengan angin dingin di jalan hingga membuat tubuhku menggigil.

“Septa.”

Suara itu terdengar lagi tapi kini terasa dekat dan terdengar lebih jelas. Suara itu bukan halusinasi karena aku mengantuk. Suara itu terdengar lebih serak dan berat.

Aku mencoba menoleh ke arah sumber suara yang kurasakan berada di belakangku. Saat menoleh aku tak melihat seorang pun di belakangku namun aku melihat sebuah bayangan. Tidak, itu tiga bayangan yang aku lihat bersembunyi di belakang pohon.

Aku tahu itu pasti Wirya dan yang lain, mereka mau menakutiku dan berpura-pura menjadi hantu sambil sembunyi di belakang pohon. Mereka benar-benar membuatku kesal. Aku mengambil beberapa batu kecil kemudian melempar itu ke arah bayangan yang sembunyi di belakang pohon itu.

“Keluar kalian! Jika tidak maka akan kulempar batu yang lebih besar.”

Beberapa menit berlalu setelah aku mengatakan itu namun mereka tak kunjung keluar dari persembunyiannya di belakang pohon. Aku yang kesal lalu mendekati pohon tinggi yang rindang itu untuk membuat mereka keluar. Saat aku sampai di pohon tersebut, aku tak melihat siapa pun disana.

Aneh, padahal sudah jelas sebelumnya aku melihat ada 3 bayangan dibalik pohon itu.

Aku melihat sekitar pohon yang gelap mencoba mencari mereka yang mungkin berlari setelah aku melempar batu sebelumnya. Anehnya, aku tiba-tiba merasakan berat pada leherku dan terasa hangat. Di saat subuh dengan angin yang berhembus, bagaimana bisa aku merasakan sesuatu yang hangat. Aku memegang leher ku dan kemudian aku merasakan kehadiran seseorang di belakangku. Dengan gugup, aku membalikkan tubuhku menghadap belakang namun aku tak melihat seseorang di sana. tubuhku mengigil entah karena ketakutan atau karena kedinginan.

Aku berlari dari tempat itu, tanpa melihat arah, aku berlari sampai menuju trotoar jalan. Aku harus segera pulang ke rumah, semua hal yang aku alami tadi cukup membuatku ketakutan. Aku berlari hingga aku menabrak seseorang yang berada di depanku hingga membuat aku terjatuh.

Aneh, aku melihatnya tetap berdiri dengan pakaian hitamnya.

Dia berdiri tepat di bawah lampu jalan yang mati hingga aku tak begitu jelas melihatnya. Hanya saja, tubuh tinggi dan kelihatan kurus itu terlihat tersenyum kepadaku. Senyuman yang dingin, menyeringaikan bibirnya seperti seakan-akan mengatakan, aku mendapatkanmu.

“Maaf pak! Saya tidak sengaja.”

Namun orang itu tidak menjawab dan masih tetap tersenyum padaku. Senyumannya membuatku gelisah dan membuatku merasa takut.

Aku mencoba berdiri dari trotar. Aku melihat ke arah belakang, di tempat tiga bayangan yang aku lihat berada di belakang pohon. Entah kenapa aku melihat ke arah itu lagi, mungkin saja aku ingin memastikan tak ada yang mengejarku. Aku melihat lagi ke orang yang berada di depanku namun dia sudah tak ada di sana.

“Heehh...kemana orang tadi?”

“Bukannya tadi dia berada di depanku!”

Entah kemana orang itu, namun itu membuatku bingung dan menambah ketakutanku. Aku melihat ke sekelilingku untuk memastikan perginya orang itu, hingga aku mendengar suara itu lagi.

“Apa kau septa?”

Aku menoleh ke sumber suara yang berada di belakangku. Aku melihatnya, orang itu berada di belakangku dengan senyumannya. Aku terdiam dan tak dapat menggerakan bibirku.

Tak lama setelah itu, orang itu mengangkat tangan kurusnya mengarah ke leherku. Aku hanya terdiam melihat itu, yang aku lihat tangan kurusnya dengan kuku panjang yang menghitam telah menyentuh leherku hingga mengeluarkan darah. Orang itu masih tersenyum melihat darah yang keluar dari leherku.

“Septa,” ucap orang itu padaku.

“ARGGHHHH........”

Aku berteriak sejadi-jadinya hingga gelap menutupi seluruh penglihatanku. Sebelum itu aku melihat orang itu masih tersenyum. Kali ini aku melihat matanya yang memerah menatapku yang tak berdaya dengan pandangan yang menakutkan.

Dia tersenyum dengan tangan yang berada dileher siang untuk membawa ke alam kematian.

Gelap.

Bayangkan saat pandanganmu menjadi gelap, kau tak bisa melakukan apapun, hanya bisa pasrah dengan keadaanmu. Perlahan seluruh tubuhmu menjadi dingin, kau tak lagi bisa bernapas dan kau juga tak bisa bicara.

Hanya melihat gelap dengan seseorang di sana tersenyum sambil memegang lehermu.

==00==

“ARGGHHHHH....”

Teriaku dengan kencang saat ini, aku membuka mataku dan melihat bahwa aku sedang berada di sebuah ruangan luas yang cukup besar. Kamarku, ya ini adalah kamarku. Apa itu hanya mimpi, apa yang kurasakan itu hanyalah bunga tidur penghias tidur malamku.

Aku tak tahu.
Aku memeriksa leherku, tak ada luka ataupun darah yang mengalir di leherku. Segera aku beranjak dari tempat tidurku, mencoba untuk ke kamar mandi. Namun langkahku terhenti saat aku mendengar suara itu, suara yang memanggil namaku.

“Septa.”

Bisa kau bayangkan jika itu terjadi pada dirimu?

Postingan Populer