Surat Istriku
Pukul 11.55 malam, aku baru saja pulang dari kantorku setelah bekerja lembur seharian. Tak masalah jika aku pulang malam, karena aku tinggal sendirian sekarang.
Saat masuk ke rumah, aku melihat 5 buah surat di atas meja. Surat-surat itu kudapatkan saat pagi sejak beberapa hari yang lalu. Saat aku membacanya, ternyata itu dikirim oleh istriku yang menuliskan bahwa dia merindukanku.
Kata-kata kerinduan yang tertulis pada surat itu membuatku tak berdaya. Aku juga merasakan hal yang sama.
Aku baca terus surat-surat itu hingga suatu hal mengejutkanku, dia menulis bahwa dia akan pulang. Jantungku berdegup hingga membuatku tak bisa menahan perasaanku selama ini.
Tak lama setelah itu, sebuah nomer yang kukenal menelponku. Itu adalah nomer telpon milik istriku. Kemudian sebuah pesan masuk dengan foto istriku di dalamnya. Lalu kemudian nomer itu menelponku lagi.
Aku segera menaruh hp-ku di atas meja lalu berlari menuju kamar dan menguncinya. Di dalam kamar terdapat foto dari istriku yang terpajang di dinding. Aku mendekati foto itu lalu berlutut dan memohon.
"Aku mohon jangan mengirim surat, SMS, ataupun menelponku lagi. Beristirahatlah dengan tenang dan jangan ganggu aku lagi."
Aku terus memohon dengan rasa takut yang telah kupendam sejak menerima surat itu. Ya, aku memohon sepanjang malam.
19012015
Saat masuk ke rumah, aku melihat 5 buah surat di atas meja. Surat-surat itu kudapatkan saat pagi sejak beberapa hari yang lalu. Saat aku membacanya, ternyata itu dikirim oleh istriku yang menuliskan bahwa dia merindukanku.
![]() |
sumber: http://www.anneahira.com/bentuk-surat.htm |
Aku baca terus surat-surat itu hingga suatu hal mengejutkanku, dia menulis bahwa dia akan pulang. Jantungku berdegup hingga membuatku tak bisa menahan perasaanku selama ini.
Tak lama setelah itu, sebuah nomer yang kukenal menelponku. Itu adalah nomer telpon milik istriku. Kemudian sebuah pesan masuk dengan foto istriku di dalamnya. Lalu kemudian nomer itu menelponku lagi.
Aku segera menaruh hp-ku di atas meja lalu berlari menuju kamar dan menguncinya. Di dalam kamar terdapat foto dari istriku yang terpajang di dinding. Aku mendekati foto itu lalu berlutut dan memohon.
"Aku mohon jangan mengirim surat, SMS, ataupun menelponku lagi. Beristirahatlah dengan tenang dan jangan ganggu aku lagi."
Aku terus memohon dengan rasa takut yang telah kupendam sejak menerima surat itu. Ya, aku memohon sepanjang malam.
19012015